Kamis, 20 September 2007
Sajak-sajak Romi Zarman [Padang]
bunga gelas

berharap pada kelopak tapi kau gugurkan bunga.
apa yang kau petik itu yang kau tanam. kumpulkan tiup
kumpulkan peniup. kau dengar tanda tinggal rasa
dalam dada. dalam kelopak, adakah
yang sama dengan ia selain usia?

berharap pada daun tapi kau patahkan tampuk.
apa yang kau gapai itu yang kau tuai. kumpulkan kulit
kumpulkan pengulit. kau lihat kata tinggal dusta
dalam rupa. dalam daun, adakah
tahun yang sama menyimpan sari yang sama?

berharap pada sari tapi kau belah biji.
apa yang kau genggam itu yang kau pendam.
kumpulkan lirih kumpulkan pelirih. kau rasa kaca
tinggal cahaya dalam suara. dalam sari, adakah
yang tumbuh menunas di sana?

ah, bunga. dalam gelas
batang terkurung cabang lepas

(2007)

kutuk tanah

selamat malam, akar. adakah kau bentangkan tembikar
dalam bekas tanah bakar? kau pelihara pucuk ingin kau tusuk
langit. kau kabarkan kau siarkan, "akulah masa depan."
betapa kau kekalkan hanya untuk sebatang. hanya petang
yang kau pikirkan. tentang ia: batang dan cabang,
terus kau relakan kau lupakan, kau biarkan

selamat malam, batang. adakah kau titipkan kekuatan
pada cabang? kau pelihara buah ingin kau belah. yang satu
kau makan yang satu kau buang, "akulah masa lalu."
betapa kau dirikan hanya untuk sendiri. hanya pagi
yang kau pikirkan. tentang ia: pucuk dan akar,
terus kau girik kau rintikkan

selamat malam, akar. selamat malam, batang. kenalkan:
akulah tanah. kupelihara kalian ingin kubuktikan
sejarah tak 'kan berulang. betapa telah kalian lupakan
tengah hari. hei, akar dan batang! celakalah kalian
yang kutumbuhkan kumekarkan, kumatikan

(2007)


kupu kupu

kau datangi ia, adakah kau telah lupa
dengan kepak? tak kau kira ia akan berjarak
menindak seperti daun sikejut, sekali sentuh.
geraknya begitu malu. "begitu." kau pulangkan
getar pada tampuk. betapa kau sangat ingin

kau datangi ia, adakah kau sedikit punya rasa
tentang jarak? tak kau kira ia akan mendadak
menguncup seperti daun putri malu: sekali sentuh.
getarnya begitu ragu. "begitu." kau kembalikan
ia pada semula. betapa ingin menyapanya

kau datangi ia, adakah kau mendadak menyapa
sebelum ia bertanya: engkau siapa? tak kau kira
ia pun lupa sebagaimana kau lupa dengan kepak.
maka hanya jarak, pandangi saja ia. kirimkan warna
yang kau punya atau berikan ia sepotong sayap
(ah, akhirnya kau juga ragu)

(2007)


tanah batu

sekali waktu, kau lihatlah langit biru
adakah sesuatu yang ia tunggu?

tak henti ia bercakap dengan matahari
selagi angin tak lari dari biji. mungkin biji tak berisi
mungkin isi mengosongkan diri. tak habis habis
menyinari saat kau berdiri saat kau berhenti
sepanjang hari, "adakah awan membelah diri hari ini?"

sekali waktu, kau lihatlah langit kelam
adakah ia bercakap dengan bulan dengan bintang?

tak henti dikirimnya angin dikirimnya dingin
selagi gigil pergi dari biji. mungkin biji tak kan jadi isi
mungkin isi menghanyutkan diri. tak habis habis
menyirami saat kau terlelap saat kau tengkurap
di bawah atap, "adakah esok ia bercakap?"

sekali waktu, kau lihatlah tanahsi peragu
adakah ia masih membatu

(2007)


tanah liat

tanah liat bau keringat
tidakkah kau lihat ia begitu berkilat?

betapa kau ragu menginjak ia. kau pikir langkah
akan memisah dari arah. tak penting
apa ia keras atau tidak, yang jelas: injak ia!
masih kau tunggu, sungguh ia tak tahu
mana yang kau mau sebelum tumbuh sesuatu

tanah liat bau keringat
tidakkah kau dengar ia sedang bercakap?

betapa ia ragu menginjak kamu. ia kira bisu
akan membuat kau gagu. tak penting
apa kau abu atau debu, yang perlu: injak ia!
masih ia tunggu, sungguh kau tak tahu
mana yang ia mau sebelum kau temu satu

tanah liat hari pelayat
tidakkah kau juga berkeringat?

(2007)

Romi Zarman lahir di Padang, Sumatra Barat.

Sumber Koran Tempo, Minggu, 09 September 2007

Naskah ini dikirim oleh Romi Zarman untuk Riaksiak. Terimakasih telah melayari riaksiak...


posted by Komunitas Riak Siak @ 23.26  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
Logo

Tentang Riak Siak

    Komunitas Riak Siak adalah komunitas sastra yang dibangun oleh segelintir penulis muda Pekanbaru yang sedang gelisah berkarya. Komunitas yang dideklarasikan tanggal 4 Agustus 2007 dini hari, di bawah jembatan Leighton, tepi sungai Siak, ini memiliki kegiatan diskusi sastra, pembelajaran penulisan kreatif dan penerbitan. Komunitas ini juga bersifat independen dan terbuka bagi siapa saja yang ingin berpartisipasi atau merenangi kedalamannya, seperti sungai yang bebas direnangi dan dilayari. Deklarator Komunitas Riak Siak: 1. M Badri (Penyair, Cerpenis) 2. Sobirin Zaini (Penyair, Cerpenis) 3. Syaiful Bahri (Penyair) 4. Dien Zhurindah (Penyair)
Menu
Pelabuhan
Dermaga Deklarator

Pesan Tamu

Detak Siak
Penunggu Sungai
*****

template design by isnaini.com

BLOGGER

content design by negeribadri